Kamis, 06 November 2008

Anak


“Anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak terang.”

(Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-18)

“Yesus berkata kepada murid-murid- Nya:
"Ada seorang kaya
yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa
bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan
berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan
jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku
memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat,
mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku
dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di
rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada
tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab
orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat
hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain
sekarang juga: Lima puluh
tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab
orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat
hutangmu, buatlah surat hutang lain:
Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu,
karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik
terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”(Luk 16:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan
hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   “Orang bodoh
dapat menjadi pandai karena uang, sebaliknya orang pandai dapat menjadi bodoh
juga karena uang”, demikian kiranya
yang sering terjadi di dalam kehidupan bersama kita. Namun yang juga terjadi
adalah orang pandai membodohi sesamanya demi uang atau demi keuntungan sendiri.
Kepandaian atau kecerdikan macam itu dapat kita lihat atau cermati dalam diri
para penipu atau penjahat yang dengan halus dan sabar mengelabui korban-korbannya.
Maka benarlah yang disabdakan oleh Yesus bahwa “Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak
terang”. Karena pendidikan dan pembinaan memang kita semua mendambakan diri
sebagai orang yang pandai, cerdik dan cerdas, namun hendaknya juga sekaligus
beriman alias menjadi anak-anak terang, sehingga menjadi cerdas beriman. Sebagai
orang yang cerdas beriman kiranya ketika diberi tugas menjadi bendahara atau
pengelola/pengurus harta benda duniawi, ia akan mengurus dan mengelolanya dengan
baik sebagaimana diharapkan. Kesuksesan atau keberhasilan mengurus atau
mengelola harta benda dengan baik pada masa kini hemat saya merupakan salah
satu bentuk penghayatan iman kemartiran yang mendesak dan up to date, mengingat
masih maraknya korupsi hampir di semua bidang kehidupan bersama di masyarakat
pada saat ini. Untuk itu hemat saya kita masing-masing harus mulai dari diri
kita sendiri: berapa besar atau banyaknya harta benda atau uang yang diserahkan
kepada kita, marilah kita urus atau kelola sebaiknya mungkin, sesuai dengan
maksud pemberi (ad intentio dantis).
Jika kita berhasil dengan baik mengurus atau mengelola yang menjadi milik kita
atau kita kuasai maka kiranya kita memiliki modal kekuatan untuk mengrurus atau
mengelola milik orang lain yang lebih besar. Harta benda/uang adalah ‘jalan ke
neraka atau jalan ke sorga’, marilah kita jadikan ‘jalan ke sorga’.

·   “Saudara-saudara
yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga
dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!”(Flp 4:1),
demikian sapaan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua orang beriman. “Berdiri
dengan teguh dalam Tuhan” adalah cirikhas orang cerdas beriman, ia tidak mudah
tergoyahkan oleh berbagai rayuan atau godaan kenikmatan duniawi yang membuatnya
‘menjauh dari Tuhan maupun sesama atau saudara-saudarinya’. Kita semua adalah
ciptaan Tuhan, dan hanya dapat hidup, tumbuh berkembang menjadi cerdas beriman
jika kita setia berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Memang untuk itu kita perlu
membiasakan diri terus menerus berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun;
semakin banyak berbuat baik kepada sesama berarti akan semakin teguh berdiri
dalam Tuhan, sebaliknya orang yang jarang berbuat baik kepada sesamanya pasti
mudah jatuh atau berdosa terus menerus. Apa yang disebut baik senantiasa
berlaku universal dan bersifat menyelamatkan, khususnya keselamatan jiwa. Yang
ideal memang ‘mens sana in corpore
sano’, pengertian/akal budi/jiwa yang
sehat dalam tubuh yang sehat, maka marilah kita serentak merawat, menjaga dan
memperkuat pengertian/akal budi/jiwa dan tubuh kita menjadi segar bugar, sehat
wal’afiat sebagai tanda bahwa kita dengan rendah hati berusaha setia ‘berdiri
dengan teguh dalam Tuhan’. Orang yang demikian senantiasa dinamis dan proaktif
dalam berbuat baik bagi sesamanya dimanapun dan kapanpun.

“Aku
bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah
TUHAN."

( Mzm 122:1)

Jakarta, 7 November 2008


Dikirim oleh : Rm. Maryo SJU
Editor : Group Hati-Nurani2000

Bapa mengaruniakan


Written by Seraph Adams   
Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. 1 Yoh 3:1

Orang Israel dengan kesadaran dan kebebasannya mengakui bahwa TUHAN adalah Raja dan Pencipta. DIA adalah Esa. Bagi kita orang Kristen, Raja kemuliaan itu adalah Yesus Kristus yang dibangkitkan Allah dan diberi kuasa sebagai Tuhan atas segala-segalanya. Kemuliaan Yesus Kristus sebagai "Anak Tunggal Bapa, tersembunyi dalam kemanusiaan- Nya" (Yoh 1:14), karena "Anak manusia itu datang bukan untuk dilayani (sebagai Raja), melainkan untuk melayani dan memberi nyawa-Nya sebagai tebusan untuk banyak orang" (Mrk 10:45).
Dalam perkembangan zaman yang berubah-ubah ini, orang Kristen dewasa ini dihadapkan dengan pelbagai macam nilai. Kerapkali nilai-nilai tersebut mengancam dan merongrong iman kristiani, yaitu kepercayaan yang total kepada Allah. Maka, orang Kristen harus menyadari jati dirinya yang luhur. Ia mesti memilih keselamatan dari Allah dalam Yesus Kristus, Sang Raja dan Pencipta Alam Semesta bukan kenikmatan palsu dari pornografi, seks bebas, kekerasan, narkoba, dan lain-lain.
Situasi ini mendorong kita untuk memuliakan TUHAN, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dengan segala perkembangannya. Sebaliknya, pengaruh yang buruk sejauh mungkin dijauhi. Jelas, keselamatan dari Allah hanya diperoleh dalam persatuan yang mesra dengan Yesus Kristus dalam Roh-Nya. Hanya "orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu" (Mzm 24:4) yang dapat memperoleh keselamatan kekal dari Allah.

Allah Bapa yang mahakuasa, jauhkanlah kami dari segala bentuk dosa dan pelanggaran. Lindungilah kami dari segala yang jahat. Berilah kami kekuatan dalam menjalani kehidupan ini.

Dikirim oleh Haryanto
Editor : Group Hati-Nurani2000

Rabu, 05 November 2008

Mengikuti Aku


“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku  ia tidak dapat menjadi muridKu.”

(Flp 2:12-18; Luk 14:25-33)

“Pada suatu kali banyak orang
berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia
berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak
membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki
atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara
tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan
tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya,
mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak
sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang
melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan
sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua
puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih
jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap
orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak
dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:25-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan ‘Pesta Semua Anggota SJ Yang Mulia Bersama
Kristus’ hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup terpanggil, entah hidup berkeluarga atau
membujang/tidak nikah, antara lain menjadi imam, bruder atau suster, merupakan
bentuk tanggapan prositif atas panggilan Tuhan, dan bagi orang Kristen/Katolik,
yang beriman pada Yesus berarti ‘mengikuti
Yesus dalam perjalananNya” dan secara konkret berani memikul salib serta ‘membenci orangtua, isteri/suami, anak-anak,
saudara-saudari dan diri sendiri’ alias meneladan cara hidup dan cara
bertindak Yesus serta menghayati sabda-sabda atau ajaran-ajaranNya di dalam
hidup sehar-hari. Sebagai yang terpanggil kita diharapkan memiliki cara melihat, cara merasakan, cara berpikir,
cara bersikap dan cara bertindak terhadap segala sesuatu sesuai dengan cara
Yesus, bukan cara sendiri alias menurut selera pribadi (Jawa: sak penake wudhele dewe). “Memikul
salib” antara lain berarti setia pada panggilan dan tugas perutusan yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita. “Setia
adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas
perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta  1997, hal 24). Maka marilah kita mawas diri
atas perjanjian-perjanji an yang telah kita buat atau kita ikhrarkan: janji
baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji kepegawaian, janji pelajar,
sumpah jabatan, dst.. Marilah kita kerahkan atau persembahkan seutuhnya diri
kita maupun segala milik kita untuk menghayati atau melaksanakan janji-janji
yang pernah kita buat atau ikhrarkan. Memang setia pada janji tidak akan pernah
terlepas dari aneka macam bentuk perjuangan dan penderitaan sebagai konsewensi
kesetiaan kita, sebagaimana telah dihayati oleh Yesus, Penyelamat Dunia, yang
rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dunia seisinya.

·   “Lakukanlah
segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya
kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela
di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga
kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil
berpegang pada firman kehidupan” (Flp
2:14-16a), demikian nasihat Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua
orang beriman, yang terpanggil. “Jangan bersungut-sungut dan berbantah-bantah”
alias jangan mengeluh, menggerutu dalam menghayati atau melaksanakan panggilan
dan tugas perutusan. Mengeluh dan menggerutu berarti berpikir negatif terhadap
segala sesuatu, maka yang bersangkutan pasti tidak akan mampu menghayati dan
melaksanakan panggilan dan tugas perutusan sebagaimana mestinya. Sebaliknya
marilah kita senantiasa berpikir positif terhadap segala sesuatu, senantiasa
melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, indah dan luhur dalam segala sesuatu
alias mengimani Penyelenggaraan Ilahi, karya Tuhan dalam segala sesuatu. Segala
sesuatu ada dalam hadirat Tuhan atau Tuhan hidup dan berkarya di dalam segala
sesuatu, itulah kebenaran iman yang harus kita hayati. Siapapun tidak menghayati
kebenaran iman ini berarti ‘bengkok hatinya dan tersesat’, sebaliknya yang
mengimani dan menghayati akan ‘bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia”. Sebagai orang beriman, kehadiran dan sepak terjang
kita dimanapun dan kapanpun diharapkan menjadi ‘bintang yang bercahaya’,
sehingga membantu siapapun dalam mengusahakan kebenaran-kebenaran dan
menghayatinya.

“Sesungguhnya, aku percaya akan melihat
kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah
dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mzm  27:13-14)

Dikirim oleh : Rm. Maryo SJ
E-mail : rm_maryo@yahoo.com (Mediaperduki)
Editor : Group Hati-Nurani2000

Seorang Ayah


Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada  Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk- bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya  pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban  Ayahnya. Anak wanita itu berguman : " Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa  penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya  mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan. Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut  dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi  demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?" Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda. Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi  dia tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban ra sa penasarannya selama ini. "Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia  senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. " "Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting  tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup  kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. " "Ku-berikan kemauan padanya  agar selalu berusaha mencari  sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. " "Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan  mengharapkan hasil dari jerih payahnya." "Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya  keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. " "Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang  demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah  memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara." "Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,  walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi." "Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki- laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia  & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan,bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap  perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. " "Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai  Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh  laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di  Dunia & Akhirat." Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut  & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH." Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang  begitu agung,tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah... With Love to All Father " JIKA KAMU MENCINTAI Ayah mu / sekarang merasa  sebagai AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI AYAHNYA & Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah ". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya.... ......... ......... ......... ..... Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik Buat keluarga kita........ ......... ......... "tidak ada sesuatu yang baru kalau tidak bersyukur"

Dikirim oleh : Isye
E-mail : http://thisye.multiply.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Buta


Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir, kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.  Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri. Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi. betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi. Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus. Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya. Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak dipinggir kota yang berseberangan. Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati, tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta!" tujasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku". Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya. Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah. Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata:"Wah, aku iri padamu". Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup? Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?" Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu". Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya,"Apa maksudmu?" Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung", kata sopir itu. Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan. Kisah ini dikirimkan oleh seorang sahabat, kisah yang membuatku termenung ... kadang kita tidak memahami bahwa kita dicintai dengan cara yang tidak pernah kita sadari

Dikirim oleh : Isye
E-mail : http://thisye.multiply.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Terbatas


Written by Natasha Frank   
Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama ? Luk 23:40

     Dalam menjalani kehidupan ini, seringkali kita mengatakan bahwa kita takut kepada Allah. Namun kenyataan yang terjadi  seringkali pula kita tidak menyadari bahwa sikap, perkataan serta perbuatan kita justru mengecewakan- Nya. Bahkan terkadang kita pun bersikap seperti seorang penjahat yang menghujat Yesus, ketika doa permohonan kita tidak dikabulkan kita mulai marah kepada-Nya. Dan selalu menuntut agar Allah mengikuti kemauan kita, kesenangan kita dan kepuasan kita sendiri.
     Padahal seharusnya kita menyadari kepapaan dan keterbatasan kita, kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Dia, seperti yang dilakukan oleh penjahat yang bertobat dan menyadari segala perbuatannya yang jahat. Di saat kita mau sungguh-sungguh bertobat dan datang kepada-Nya dengan membawa seluruh keberadaan kita, belas kasihan Allah akan turun atas kita dan memenuhi seluruh diri kita dengan kasih-Nya yang besar.
     Marilah saudara dengan rendah hati kita datang kepada-Nya, mohon ampun atas segala dosa kita, agar kita pun mendapat tempat bersama-sama dengan-Nya di dalam Firdaus.

     Ampunilah kami ya Allah karena di dalam hidup kami, seringkali kami mendukakan hati-Mu, dengan sikap dan perbuatan kami. 
Editor : Group Hati-Nurani2000

Rabu, 29 Oktober 2008

Pompa Bensin


Ketika mengisi bensin, saya sering kali ngobrol dengan petugas pom bensinnya. Kebiasaan saya memang suka mengobrol dengan siapa saja. Sering kalinya saya hanya ingin menambah wawasan saja dari hal-hal yang mungki tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Hal yang beberapa bulan ini saya tanyakan ke mereka di berbagai tempat pom
bensin adalah apakah mereka tidak pusing mencium bau bensin setiap hari dan
kenapa mereka tidak memakai masker penutup hidung agar mengurangi uap bensin
yang terhirup.

Hal tersebut saya tanyakan, karena saya saja yang berdiri sebentar sambil
ngobrol, sudah langsung pusing karena menghirup bau bensin tersebut.

Mereka, kurang lebih sepuluh orang, yang saya tanyakan semuanya menjawab
bahwa sebenarnya mereka juga pusing. Mereka merasakan dada yang sesak. Dan
makin parah lagi kalau pas mereka sedang sakit, katakan saja flu, perasaan
sakit di dada semakin menjadi.

Ketika saya tanyakan kenapa mereka tidak memakai masker, jawaban mereka
semuanya sama yaitu karena kebijakan perusahaan. Perusahaan melarang mereka
memakai masker karena demi pelayanan ke pelanggan. Mereka diwajibkan untuk
tetap tersenyum ketika melayani pelanggan. Mereka bilang, kalau mereka pakai
masker, mereka tidak bisa lagi menunjukkan senyum mereka ke nasabah dan itu
akan dianggap tidak sopan karena tidak menghargai pelanggan.

Hazrah kazrah!

Saya terkaget mendengar jawaban mereka. Jawaban mereka semuanya seragam.
Jawaban mereka pun semakin diperkuat dengan iklan Pertamina di televisi yang
mengutamakan senyum petugasnya ketika melayani pelanggan.

Ironisnya, dibalik senyum yang mereka berikan, ada derita yang harus mereka
tanggung dengan mencium uap bensin setiap hari yang dapat memberikan
gangguan yang serius kepada kesehatan mereka, khususnya paru-paru dan otak
mereka.

Saya sebagai pelanggan lebih senang melihat mereka memakai masker penutup
hidung, ketimbang mereka melayani dengan senyum tapi saya tahu dibalik
senyumnya, mereka menanggung derita yang tidak ringan.

Melalui tulisan ini, saya mengajak kita yang peduli terhadap nasib para
pekerja pom bensin untuk menyerukan kepedulian kesehatan petugas pom bensin
agar pertamina dan pemilik pom bensin melengkapi petugas pom bensin dengan
masker penutup hidung.

Saya sebagai pelanggan pom bensin lebih peduli kesehatan petugas pom bensin
ketimbang senyuman mereka ketika mereka mengisikan bensin ke kendaraan saya.
Saya sudah mulai merasa tidak nyaman karena tahu dibalik senyuman petugas
pom bensin ada derita yang harus mereka tanggung akibat menghirup uap
bensin.

Semoga melalui tulisan ini, nasib kesehatan petugas pom bensin bisa
diperbaiki dimulai dengan memakai masker penutup hidung.

catatan:
Sekedar tambahan catatan, untuk pom bensin yang buka 24 jam, diterapkan tiga
shift kerja. Kurang lebih mereka bekerja seharinya sekitar 8-9 jam. Jumlah
jam yang cukup lama untuk menghirup uap bensin terus menerus.

Silahkan di forward tulisan ini, khususnya ke mereka yang anda pikir dapat
mempengaruhi untuk merubah kebijakan agar para petugas pom bensin dibolehkan
memakai masker penutup hidung.

jabat erat,

Sumber : Irwan Ariston Napitupulu, Superkoran (www.apakabar. ws)

Pengen nerusin aja info ini, smoga bs diterusin ke pejabat Pertamina, bahwa mereka tidak manusiawi. Smg bs membawa perubahan kebijakan
Dikirim oleh : Maria Tin Wiryoprasetio
E-mail : maria_wiryo@yahoo.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Mata. telinga dan mulut


2 mata 2 telinga 1 mulut
Kita lahir dengan 2 mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu kedepan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.

Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita dan ide kita. Dan apa yang kita pikirkan dalam otak kita jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata, 2 telinga tapi kita Cuma diberi 1 buah mulut. Itu Artinya Kita harusnya lebih mendengar, melihat 2 x lebih banyak daripada berbicara. Berhati-hatilah dengan apa yang kita ucapkan. Karena ucapan yang menyakitkan sangat sulit ditarik kembali. Sehingga ingatlah bicara yang perlu tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati-nurani jauh didalam tulang iga kita. Ternyata inilah mutiara itu dan sangat berharga sekali bagi Allah dan sesama. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.

Berilah cinta hati-nurani mu tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.

Dikirim oleh : Maria Tin Wryoprasetio
E-mail : maria_wiryo@yahoo.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Mathius 20 : 29-34


29.Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
30.Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru : "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami"
31.Tetapi orang banyak itu menegur mereka supaya mereka diam, namun mereka makin keras berseru. katanya : "Tuhan, Anak Daud kasihanilah kami"
32.lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata : "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
33.Jawab mereka : "Tuhan supaya mata kami dapat melihat."
34.Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasian, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.

Ya, kita sering membuka hati-nurani kepada Allah hanya kita sering lupa dengan mereka-mereka yang membutuhkan uluran, perhatian dan kasih sayang di antara kita. Kita lebih senang melihat yang bersar dan wah dalam membuat mujizat tetapi sesama kita yang di jumpai jarang hati kita tergugah. Rupanya Yesus jauh lebih sopan dan sangat memperhatikan yang kecil dan lemah, maka banyak mujizat terjadi dalam perjalanan hidup-Nya. Mari kita membuat mujizat kecil yang luar-biasa dengan membuka hati-nurani kita kepada yang kecil dan tertindas, pasti Allah akan memberi kita Damai dan Kasih-Nya.
Bila engkau mengharapkan yang indah maka perbuatlah demikian kepada sesama kita.

Penulis : Rasul Mathius
E-mail : grt.stmikhael@yahoo.co.id
Editor : Group Hati-Nurani2000

Cinta yang luar biasa untuk kita



Written by James McGinnis
Wednesday, 29 October 2008 00:00
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru "Ya Abba, ya Bapa" Rm 8: 15
Sebagai orang tua angkat selama lebih dari dua puluh tahun, saya tahu betapa saya mencintai anak-anak angkat kami. Betapa kita lebih dicintai oleh Tuhan yang telah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya untuk mengambil bagian dalam hidup Yesus Putra Allah sepenuhnya. Begitu hebatnya cinta Tuhan, hingga kita memanggil Tuhan "Abba", yang lebih mendekati arti kata "Bapa" dan tahu bahwa kita dianggap anak-anak yang dicintai oleh Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, Rasul Paulus mengatakan kepada kita, kita juga adalah ahli waris Kristus. Kesempurnaan hidup Yesus selamanya. Syaratnya yaitu menerima kehidupan cinta Yesus yang penuh pengorbanan, memberikan hidup kita pada orang lain, berkurban sehingga kita boleh mendapatkan kesempurnaan hidup selamanya. Sebuah syarat, tetapi juga sebuah warisan! Abba, Bapa terimakasih karena Engkau telah mengangkat kami menjadi anak-anak-Mu dan menawari kami sebuah warisan yang luar biasa. Dan terimakasih atas Roh-Mu, yang telah membantu kami menerima jalan Yesus yang penuh pengorbanan untuk warisan ini.

Dikirim oleh : Haryanto
E-mail : pharyantow@yahoo.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Aku sudah sampai


Sepasang suami-isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota. Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali. Mereka akan menempati kembali kamar hotel yang sama dengan ketika mereka ber-honey moon saat menikah 30 tahun yang lalu.

Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan harinya. Setelah check in di hotel di Bali, sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya. Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta.

Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut.

Di daerah Cinere, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru meninggal. Setiba di rumah, ia langsung check e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa. Baru selesai membaca e-mail yang pertama, ia jatuh pingsan. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut, yang bunyinya:

To : Isteriku tercinta
Subject : Aku udah sampai!!!
Date : 18 Mei 2006

Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku. Ternyata di sini mereka udah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah.

Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok.

Nggak sabar juga deh rasanya nunggu kamu. Semoga perjalanan kamu ke sini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren.

Love,
Papa


Sumber : http://www.mkif-online.de/



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

Editor : Group Hati-Nurani2000

Selasa, 28 Oktober 2008

Wajah Tuhan


Wajah Tuhan menantang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Mzm 34:17



Dalam Mazmur 34, pemazmur mengajarkan kebijaksanaan kepada orang beriman bahwa orang-orang benar yang hidup dalam persekutuan dengan Tuhan pastilah diperhatikan- Nya, sedangkan orang-orang yang memisahkan diri daripada-Nya dengan berbuat jahat, memisahkan diri dari sumber hayat, sehingga kefanaan mereka tampak.
Pemazmur tidak mengemukakan teori bahwa orang-orang benar senantiasa berbahagia dan orang-orang fasik selalu malang, ia mengaku percaya bahwa orang-orang yang mencari Tuhan pastilah diselamatkan- Nya, sebagaimana dialami oleh pemazmur sendiri.
Mazmur 34 mengajarkan kepada kita bahwa kita telah mengecap kebaikan Tuhan. Kita telah dibebaskan dari tekanan yang diderita. Bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus, kita telah ditebus oleh darah-Nya yang kudus. Kita yang telah percaya, telah hidup takut akan Tuhan. Meskipun keselamatan kita belum genap, kita telah dilahirkan pada suatu hidup yang penuh pengharapan dan sukacita (1 Petrus 1 : 3.8).
Dalam terang pengajaran pemazmur kita mau hidup sesuai dengan teladan Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit demi keselamatan umat manusia. Dengan menderita karena kebenaran, kita berbahagia dan penuh pengharapan kepada Tuhan. Kita yakin dan percaya bahwa tak satupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus (Rm 8:39). Maka kita dapat mengantar orang lain untuk mengalami Allah dan mengecap kebahagiaan- Nya.



Written by Seraph Adams


Pengirim : Bpk. Haryanto


Lukas-sunter@yahoogroups.com

Editor : Group Hati-Nurani2000

Berdoa


Berbicara mengenai Hati Nurani, saya ada doa untuk memohon hati murni seperti hati seorang anak kecil.  " Ya Tuhan, teguhkanlah jiwaku dengan Rahmat Roh Kudus. Perkenankanlah agar tenaga batinku menjadi lebih kuat, bebas dari segala kesulitan yang tidak ada faedahnya dan dari rasa takut, semoga hatiku tidak tertarik oleh barang-barang yang berharga sedikitpun, tetapi perkenankanlah aku menganggap segala sesuatu, juga diriku sendiri berlalu. Sebab di bawah kolong langit ini tak ada barang tetap tak berubah dan di mana segala sesuatu adalah hampa dan penganiayaan roh. Sungguh bijaksanalah dia, yang beranggapan demikian. Ya Tuhan, berilah aku kebijaksanaan surgawi, agar aku belajar mencari dan menemukan Engkau di atas segala sesuatu, menikmati dan mencintai Engkau di atas segala sesuatu, dan mengenal lain-lainnya sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan kebijaksanaan-Mu. Perkenankanlah aku menghindari dengan hati-hati si pembujuk dan bersabar diri terhadap lawan. Kebijaksanaan yang besar ialah : tidak tergerak oleh setiap angin dari perkataan dan tidak mendengarkan nyanyian merdu yang lancung dan memikat hati; karena dengan cara itu orang aman berjalan terus pada jalan yang telah ditempuh. Amin."  Thanks and May GOD Bless,  Theresia Isye, http://thisye.multiply.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Gabrielle Bossis


Gabrielle Bossis ( 1874-1950) diakui di dunia Katolik sebagai perempuan yang menjalin relasi akrab sekali dengan Tuhan. Ia lahir di Nantes, Perancis dalam keluarga yang berada. Ia pandai dalam bidang seni ( musik, melukis ). Ia juga seorang perawat berdiploma. Pada tahun 1936 Gabriekke mulai mendengarkan bisikan-bisikan batin penuh misteri. Ia mendengarnya dimana-mana ( di kereta api, kapal laut, gereja, rumah, kebun ... ). Kata-kata batinnya ia catat sebab diyakininya suara Tuhan sendiri. Sabda batin itu mulai diterimanya sebagai imbauan untuk semakin mencintai Tuhan. Lalu suara itu semakin mendesaknya untuk menjalani hidup rohani mendalam, dari menyangkal diri hingga sepenuhnya menyerahkan diri kepada kasih Allah. Tanggal 25 Oktober 1936 Gabrielle menyerahkan diri secara meriah kepada Tuhan, Mempelainya.

Pertengahan tahun 1949 Gabrielle menderita sakit kanker dan tepat sesudah Hari Raya Tubuh Kristus, ia meninggal. Berikut beberapa catatan dari buku hariannya diterbitkan seijin uskupnya. Yesus sendiri pernah berkata kepadanya, " ... Aku hanya menuntut satu saja, yaitu supaya engkau tetap menulis.Aku bersamamu. Setialah kepada-Ku".

Semoga catatan dalam bukunya ini membantu kita mandalami dan memahami hidup spiritual seorang perempuan awam ( bukan biarawati ) juga tentang relasi jiwa dengan Tuhan :


Gabrielle   :  "Aku senang, ya Tuhan, kalau orang lain menunjukkan kasihnya
                    kepadaku.Engkau ...?
Yesus       :  "Akupun senang mendengar kata-kata kasihmu. Nyatakanlah cinta-Mu
                    kepada-Ku sesering mungkin!"

G  :  "Yesus, tangan-Mu yang berlumuran darah kuciumi dengan penuh cinta. Aku ingin
        dibersihkan dari segala
        dosaku"
Y  :  "Percayalah bahwa dalam darah-Ku ada kuasa penyucian yang sungguh tak terhingga"

G  :  "Tuhan, semua orang suka melihat sesamanya tersenyum dengan tulus"
Y  :  "Tersenyumlah kepada siapa saja! Rahmat khusus akan Ku-sertakan pada senyumanmu"

G  :  "Apa yang dapat kupersembahkan pada-Mu Tuhan?"
Y  :  "Jadilah senyuman-Ku bagi semua orang!Jadilah suara-Ku yang penuh kasih bagi orang
        lain!"

G :  "Tuhan,aku sedang menderita"
Y  :  "Sembunyikanlah dirimu di dalam Aku. Biarlah deritamu menjadi makanan dunia.
       Dengan cara ini engkau akan
       menjadi mempelai-Ku"

G  :  "Tuhan, apa yang harus kulakukan untuk menjadi bersih dari dosa?"
Y  :  "Kasihilah Aku, dan engkau akan menjadi bersih"

G  :  "Tuhan, apa yang akan Kau-lakukan dengan doaku?"
Y  :  "Aku mengubahnya menjadi doa-Ku. Tetapi, kalau engkau tidak berdoa ... dapatkah
       tanaman dapat tumbuh tanpa ditabur?"

G  :  "Tuhan, aku senang sekali kalau teman-temanku memikirkan aku"
Y  :  "Jika demikian, mengapa engkau tidak paham, Akupun rindu jika ciptaan-Ku
        memikirkan Aku?"

G :  "Tuhan, tadi aku menghakimi orang itu ..."
Y  :  "Jangan menghakimi! Apakah engkau mengenal jiwanya?"

G  :  "Bagaimana menyenangkan,Dikau, ya Tuhan?"
Y  :  "Demi menyenangkan Aku, buatlah orang lain senang"

G  :  "Tuhan, aku begitu malang"
Y  :  "Segala kemalanganmu Ku-ketahui. Jangan lupa engkau adalah Anak-Ku"

G  :  "Tdi aku berpapasan dengan seorang gadis, ya Tuhan, Aku menangkap kebaikan
        hatinya yang terpantul pada wajahnya"
Y  :  "Seandainya pengikut-Ku bersikap baik kepada semua orang, wajah bumi ini akan
        berubah"

G  :  "Sulitkah mengasihi-Mu, ya Tuhan?"
Y  :  "Setiap kerinduan-Mu untuk mengasihi Aku, adalah kasih juga

G  :  "Tuhan, aku sakit, menderita. Hidup-Ku berat .. "
Y  :  "Jangan mengambil deritamu dari Aku. Deritamu menolong orang-orang berdosa."

G  :  "Tuhan, benarkah Engkau selalu besertaku?"
Y  :  "Dimana saja engkau berada, Aku bersamamu. Kasih-Ku ada padamu. Sibukkanlah
        dirimu dengan kasih-Ku"

G  :  "Aku sedang menunggu kereta api ..."
Y  :  "Sebagaimana pandanganmu tertuju pada arah kedatangan kereta, demikian pula
       pandangan-Ku terpusat padamu, karena Aku menantikan kedatanganmu"

G  :  "Tuhan, aku sering khawatir, cemas ..."
Y  :  "Cerialah selalu anak-Ku! tenanglah! Hanya dalam air sungai yang tenang terpantullah
       langit dengan sempurna"

G  :  "Dalam hidupku cobaan datang silih berganti ..."
Y  :  "Seandaianya kamu tidak mengalami cobaan 'kecil',  bagaimana mungkin Aku dapat
        memberikan kepadamu ganjaran yang'besar'?"

G  :  "Tuhan, aku mau rendah hati. Bagaimana caranya?"
Y  :  "Lihatlah diri-Ku dalam diri orang-orang lain. Ini akan menolong engkau menjadi lebih
        rendah hati"

G  :  "Apa yang aku pikirkan tentang surga, ya Tuhan?"
Y  :  "Awalilah surga di sini. di bumi. Hayatilah surga sebagaimana engkau menghayati
        keluargamu. Lihatlah Aku dalam sesamamu."

G  :  "Tuhan, kadang-kadang aku rindu menjadi tokoh terkenal. mirip artis yang dipuja
        dunia"
Y  :  "Aku ingin mempertahankan dirimu bagi-Ku, anak-Ku"

G  :  "Tuhan, bagaimana sebaiknya mengucapkan doa 'Kemuliaan kepada Bapa dan Putera
        dan Roh Kudus?"
Y  :  "Rindukanlah tergenapinya kemuliaan itu dalam perbuatan-perbuatan yang harus
        kaulakukan!"

G  :  "Apa yang harus kuperlihatkan kepada orang-orang yang aku jumpai setiap hari?"
Y  :  "Pesona-Ku! Hal-hal lain misalnya keberhasilan, kelelahan ... tidak berarti apa-apa."

G  :  "Aku sakit gigi, Tuhan ..."
Y  :  "Aku menanggung begitu banyak penderitaan demimu. Tidak bisakah engkau
       menanggung derita sekecil ini?"

G  : " Tuhan, dapatkah Engkau memberi aku rahmat?"
Y  : " Aku sangat kaya. Ingatlah itu!"

G  : " Apakah Engkau bicara, Tuhan?"
Y  : " Dengarkanlah dan Aku akan berbicara kepadamu. Maukah Engkau menjadi pendengar-Ku?"

G : " Tahukah Engkau, ya Tuhan, apa yang sedang aku pikirkan?"
Y : " Aku mengetahui segala-galanya yang ada di kepalamu. Sebab kepalamu adalah milik-Ku"

G : " Tuhan, kata-kata doaku bagaikan tanpa isi ..."
Y : " Ketika engkau masih kecil, Aku pernah berkata kepadamu, 'Ceritakanlah kepada-Ku apa saja yang telah
       engkau lakukan hari ini! Tetapi engkau tidak percaya ini suara-Ku!"

G : " Tuhan, tadi aku diperlakukan tidak baik"
Y : " Balaslah perlakuan yang tidak baik itu dengan kebaikan. Jangan kehilangan kesempatan apapun"

G : " Siapakah orang suci itu?"
Y : " Janganlah mengira bahwa orang suci adalah suci setiap detik ... namun rahmat-Ku selalu ada"

G : " Tiga kali aku disuruh pindah tempat di kapel. Tidak mungkin doaku menyenangkan Engkau, ya Tuhan!"
Y : " Lihatlah Aku dalam segala kejadian"

G : " Aku harus sempurna, ya Tuhan ... Bagaimana?"
Y : " Berusahalah menjadi sempurna. Tetapi, sempurna dengan cara yang sesuai dengan kodratmu"

G : " Dosaku banyak sekali, ya Tuhan"
Y : " Dosamu? Aku mengambilnya dan meletakkannya pada punggung-Ku sendiri"

G : " Bicaraku tadi, ya Tuhan, tidak sesuai dengan kehendak-Mu"
Y : "Hati-hatilah! Jangan pernah berbicara buruk tentang orang lain. Dalam setiap jiwa selalu ada sedikit kebaikan,
      biarpun sekecil embrio"

G : " Konsentrasiku pada saat berdoa terus terganggu Tuhan"
Y : " Jangan sedih karena gangguan ini. Lanjutkanlah kontemplasi penuh kasihmu itu mulai dari saat engkau
      terganggu tadi"

G : " Bagaimana seharusnya aku berbicara kepada orang lain?"
Y : " Bicaralah kepadanya seperti Aku berbicara kepadamu"

G : " Tuhan, aku ingin memperbaiki kesalahan-kesalahanku, namun ... "
Y : " Barang yang perlu diperbaiki, diserahkan ke tangan ahli. Percayakanlah jiwamu  kepada-Ku. Aku ahli reparasi"

G : " Perlukah aku membawa Kitab Injil dalam perjalananku?"
Y : " Bawalah Kitab itu. Biar buku itu selalu dekat denganmu. Dengan itu engkau selalu menyenangkan Aku"

G : " Luka-luka-Mu, ya Yesus, menarik perhatianku"
Y : " Tinggallah di dalamnya. Benamkanlah dirimu dalam Tubuh-Ku yang tersiksa. Ijinkanlah dirimu dibasuh ... "

G : " Bagaimana Engkau menilai perbuatanku, ya Tuhan?"
Y : " Nilai perbuatanmu ditentukan oleh kasih dan motivasi kasih"

G : " Bagaimana aku seharusnya bersikap terhadap anak-anak?"
Y : " Tunjukkanlah kepada mereka lebih banyak cinta. Anak-anak memerlukan kemesraan"

G : " Tuhan, perlukah aku memikirkan kehadiran-Mu dalam hatiku?"
Y : "Memikirkannya? Bersukacitalah karenanya!  Di Purgatorium * tersedia hukuman khusus bagi jiwa-jiwa yang
     tidak mengusahakan suka cita itu ( * Purgatorium : pemurnian jiwa-jiwa sesudah manusia meninggal )

G : " Menghakimi ... dilarang. Bagaimana kalau hal itu sungguh diperlukan?"
Y : " Dalam keadaan terpaksa, nilailah sesamamu lebih baik dari pada lebih buruk"

G : " Tuhan bolehkah aku memikirkan masa depan?"
Y : "Jangan menyusahkan diri dengan membayangkan masa depan. Akulah yang memikirkan itu"

G : " Tuhan, apa yang dapat aku lakukan dengan penderitaan?"
Y : " Aku mencari para penderita yang siap mempersatukan deritanya dengan sengsara-Ku"

G : " Tuhan, apakah aku perlu membatasi jumlah permohonan dalam doaku?"
Y : " Mengapa engkau mau membatasinya? Bukankah Aku selalu mengabulkan doamu?"

G : " Aku baru saja menyambut Engkau, Tuhan, dalam Hosti suci. lengkapilahn kekurangan-kekuranganku"
Y : " Untuk itu Aku ada di sini"

G : " Bunga ini sudah layu Tuhan"
Y : " Aku tidak pernah berlalu. Aku tidak pernah mengecewakan siapapun"

G : " Tuhan, apa arti Hari Raya Tubuh dan darah Kristus bagi-Mu?"
Y : " Hari Raya itu akan sungguh menjadi Hari Raya bagi-Ku kalau Aku sudah memiliki segenap kasih dari setiap
      jiwa manusia"

G : "Apakah kebaikan itu, Tuhan?"
Y : " Kebaikan? Kebaikan ialah Bunda-Ku!"

G : " Apa yang dapat aku beri lagi kepada-Mu, Tuhan?"
Y : " Aku tidak tinggalkan apapun di dalam surga. Aku memberi seluruh diri-Ku kepadamu. Berilah
       seluruh dirimu kepada-Ku juga"

G : " Tuhan, aku sedang menghadap Engkau di dalam gereja "
Y : " Jika engkau di dalam gereja, bebaskanlah dirimu dari segala pikiran, kecemasan hidup
       sehari-hari.
       Tanggalkanlah semuanya itu bagaikan sebuah mantel .. Pusatkan dirimu sepenuhnya pada-Ku"

G : " Apa yang seharusnya menjadi ciri khas umat Kristen?"
Y : " Keramahtamahan! semakin seorang menjadi milik-Ku, semakin ia seharusnya ramah. Jadilah
       manusia yang paling menyenangkan bagi orang lain!"

G : " Tuhan, apa yang paling sering perlu aku pikirkan?"
Y : " Jangan memusatkan pikiranmu pada hal-hal sepele! Pikirkanlah kasih saja, yaitu kasih yang  
       engkau terima dan kasih yang engkau berikan "

G : " Pentingkah, ya Tuhan, berpikir baik tentang orang lain?"
Y : " Ya! Pikiran melahirkan kata-kata"

G : " Tuhan, jangan menuntut aku sempurna dalam segala-galanya"
Y : " Aku tidak menuntut kesempurnaan darimu tetapi semangat kesempurnaan! Berusahalah
       melakukan segala sesuatu dengan baik sekali dan dengan kasih yang besar "

G : " Tuhan, aku menghadapi hari baru lagi. Terima kasih!"
Y : " Bagilah hari-harimu menjadi 'tiga waktu' ... setelah bangun, percayakanlah dirimu kepada Bapa
       Pencipta yang telah memberikan Putera-Nya sendiri sebagai makanan. Sehabis Misa Kudus,
       percayakanlah dirimu kepada
       Allah Putera yang mendiami dirimu. Malam, tidurlah dalam Roh Kudus, Roh Kasih"

G : " Tuhan Yesus, apa yang dapat aku persembahkan kepada Bapa sebagai derita?"
Y : " Penderitaan-Ku!"

G : " Pikiran adalah pemberian-Mu, Tuhan. Bagaimana aku sebaiknya menggunakannya?"
Y : " Dalam pikiranpun, carilah Aku, bukan dirimu sendiri. Jangan berpikir dalam dirimu melainkan
       dalam Diri-Ku. Berpikirlah seolah-olah engkau tinggal dalam diri-Ku"

G : " Apa artinya "hidup dalam diri-Mu", ya Tuhan?"
Y : " Jadilah salah seorang yang kakinya menginjak tanah, tetapi kepala dan hatinya sibuk berbicara
       dengan Aku.
       Buanglah kekhawatiran duniawimu. Hiduplah dalam diri-KuSibuklah dengan Kemuliaan-Ku.
       tinggallah dalam diri-Ku"

G : " Tuhan, ajarlah aku menilai segalanya secara tepat!"
Y : " Pandanglah segala sesuatu dari sudut kekekalan"

G : "Ada apa, ya Tuhan, sehingga Engkau menunjukkan begitu banyak kasih kepadaku?"
Y : " Alasannya : kerahiman-Ku"

G : " Tuhan, aku merasa dikaruniai, padahal aku tidak layak .."
Y : " Jika engkau mau mengecilkan dirimu, jangan mengecilkan anugerah-anugerah yang engkau
       miliki. Ingatlah selalu bahwa semua anugerah itu berasal dari Aku"

G : " Aku mau mendengarkan suara-Mu, ya Tuhan"
Y : " Untuk mendengarnya, perlu mendengarkan. Dengarkanlah!"

G : " Cobaan dan derita datang silih berganti, Tuhan ..."
Y : " Dengan menerima derita-derita kecil sehari-hari dengan senyuman, engkau merawat
       luka-luka-Ku"

G : " Aku merenungkan luka-luka-Mu, ya Tuhan"
Y : " sertakanlah deritamu dengan derita-Ku, seolah-olah hari ini Aku diolok-olok, dicambuk ..."

G :  "Aku berdoa, Tuhan, tapi hatiku gersang ..."
Y :  " Dalam kegersangan jiwapun, jangan pernah menghentikan doamu"

G : " Jiwa ... Aku tidak tahu apa-apa mengenai jiwaku, ya Tuhan"
Y : " Oh, betapa mulianya seandainya engkau mengenal jiwa!"

G : "Jiwa-Mu sendiri, ya Tuhan? Adakah orang yang menghormatinya?"
Y : " Terlalu sedikitnorang yang seraya berkontemplasi, memuliakan jiwa-Ku"

G : " Tuhan, apa yang sungguh menyakitkan diri-Mu?"
Y : " Bukan kelemahan-kelemahanmu yang erat hubungannya dengan kodratmu. Melainkan sikap
       acuh tak acuh terhadap Aku itulah yang membuat Aku sungguh sakit"

G : " Apa yang dapat aku persembahkan kepada-Mu, Tuhan, pada hari ini?"
Y : " Ambillah pikiranmu, letakanlah di atas telapak tanganmu, dan persembahkanlah kepada-Ku.
       lakukanlah hal yang sama dengan semua kepandaianmu"

G : " Maukah Engkau menjawab aku, ya Tuhan?"
Y : " Apakah engkau mengira bahwa Aku bungkam terhadap mereka yang berusaha bercakap-cakap
       dengan Aku? Berbincanglah dengan Aku!"

G : " Tuhan, Engkau mengharapkan hidupku macam apa?"
Y : " Hendaknya hidupmu berciri konsentrasi teguh, tidak henti-hentinya bercakap dengan
       Tuhanmu"

G : " Tuhan, berilah aku sarana agar aku menjadi suci"
Y : " Engkau memilikinya!"

Dikirim oleh Anggota : Sdri. Isye
E-mail : thereis80@yahoo.com
Editor : Group Hati-Nurani2000