Kamis, 06 November 2008

Anak


“Anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak terang.”

(Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-18)

“Yesus berkata kepada murid-murid- Nya:
"Ada seorang kaya
yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa
bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan
berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan
jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku
memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat,
mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku
dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di
rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada
tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab
orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat
hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain
sekarang juga: Lima puluh
tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab
orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat
hutangmu, buatlah surat hutang lain:
Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu,
karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik
terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”(Luk 16:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan
hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   “Orang bodoh
dapat menjadi pandai karena uang, sebaliknya orang pandai dapat menjadi bodoh
juga karena uang”, demikian kiranya
yang sering terjadi di dalam kehidupan bersama kita. Namun yang juga terjadi
adalah orang pandai membodohi sesamanya demi uang atau demi keuntungan sendiri.
Kepandaian atau kecerdikan macam itu dapat kita lihat atau cermati dalam diri
para penipu atau penjahat yang dengan halus dan sabar mengelabui korban-korbannya.
Maka benarlah yang disabdakan oleh Yesus bahwa “Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak
terang”. Karena pendidikan dan pembinaan memang kita semua mendambakan diri
sebagai orang yang pandai, cerdik dan cerdas, namun hendaknya juga sekaligus
beriman alias menjadi anak-anak terang, sehingga menjadi cerdas beriman. Sebagai
orang yang cerdas beriman kiranya ketika diberi tugas menjadi bendahara atau
pengelola/pengurus harta benda duniawi, ia akan mengurus dan mengelolanya dengan
baik sebagaimana diharapkan. Kesuksesan atau keberhasilan mengurus atau
mengelola harta benda dengan baik pada masa kini hemat saya merupakan salah
satu bentuk penghayatan iman kemartiran yang mendesak dan up to date, mengingat
masih maraknya korupsi hampir di semua bidang kehidupan bersama di masyarakat
pada saat ini. Untuk itu hemat saya kita masing-masing harus mulai dari diri
kita sendiri: berapa besar atau banyaknya harta benda atau uang yang diserahkan
kepada kita, marilah kita urus atau kelola sebaiknya mungkin, sesuai dengan
maksud pemberi (ad intentio dantis).
Jika kita berhasil dengan baik mengurus atau mengelola yang menjadi milik kita
atau kita kuasai maka kiranya kita memiliki modal kekuatan untuk mengrurus atau
mengelola milik orang lain yang lebih besar. Harta benda/uang adalah ‘jalan ke
neraka atau jalan ke sorga’, marilah kita jadikan ‘jalan ke sorga’.

·   “Saudara-saudara
yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga
dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!”(Flp 4:1),
demikian sapaan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua orang beriman. “Berdiri
dengan teguh dalam Tuhan” adalah cirikhas orang cerdas beriman, ia tidak mudah
tergoyahkan oleh berbagai rayuan atau godaan kenikmatan duniawi yang membuatnya
‘menjauh dari Tuhan maupun sesama atau saudara-saudarinya’. Kita semua adalah
ciptaan Tuhan, dan hanya dapat hidup, tumbuh berkembang menjadi cerdas beriman
jika kita setia berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Memang untuk itu kita perlu
membiasakan diri terus menerus berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun;
semakin banyak berbuat baik kepada sesama berarti akan semakin teguh berdiri
dalam Tuhan, sebaliknya orang yang jarang berbuat baik kepada sesamanya pasti
mudah jatuh atau berdosa terus menerus. Apa yang disebut baik senantiasa
berlaku universal dan bersifat menyelamatkan, khususnya keselamatan jiwa. Yang
ideal memang ‘mens sana in corpore
sano’, pengertian/akal budi/jiwa yang
sehat dalam tubuh yang sehat, maka marilah kita serentak merawat, menjaga dan
memperkuat pengertian/akal budi/jiwa dan tubuh kita menjadi segar bugar, sehat
wal’afiat sebagai tanda bahwa kita dengan rendah hati berusaha setia ‘berdiri
dengan teguh dalam Tuhan’. Orang yang demikian senantiasa dinamis dan proaktif
dalam berbuat baik bagi sesamanya dimanapun dan kapanpun.

“Aku
bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah
TUHAN."

( Mzm 122:1)

Jakarta, 7 November 2008


Dikirim oleh : Rm. Maryo SJU
Editor : Group Hati-Nurani2000

Bapa mengaruniakan


Written by Seraph Adams   
Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. 1 Yoh 3:1

Orang Israel dengan kesadaran dan kebebasannya mengakui bahwa TUHAN adalah Raja dan Pencipta. DIA adalah Esa. Bagi kita orang Kristen, Raja kemuliaan itu adalah Yesus Kristus yang dibangkitkan Allah dan diberi kuasa sebagai Tuhan atas segala-segalanya. Kemuliaan Yesus Kristus sebagai "Anak Tunggal Bapa, tersembunyi dalam kemanusiaan- Nya" (Yoh 1:14), karena "Anak manusia itu datang bukan untuk dilayani (sebagai Raja), melainkan untuk melayani dan memberi nyawa-Nya sebagai tebusan untuk banyak orang" (Mrk 10:45).
Dalam perkembangan zaman yang berubah-ubah ini, orang Kristen dewasa ini dihadapkan dengan pelbagai macam nilai. Kerapkali nilai-nilai tersebut mengancam dan merongrong iman kristiani, yaitu kepercayaan yang total kepada Allah. Maka, orang Kristen harus menyadari jati dirinya yang luhur. Ia mesti memilih keselamatan dari Allah dalam Yesus Kristus, Sang Raja dan Pencipta Alam Semesta bukan kenikmatan palsu dari pornografi, seks bebas, kekerasan, narkoba, dan lain-lain.
Situasi ini mendorong kita untuk memuliakan TUHAN, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dengan segala perkembangannya. Sebaliknya, pengaruh yang buruk sejauh mungkin dijauhi. Jelas, keselamatan dari Allah hanya diperoleh dalam persatuan yang mesra dengan Yesus Kristus dalam Roh-Nya. Hanya "orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu" (Mzm 24:4) yang dapat memperoleh keselamatan kekal dari Allah.

Allah Bapa yang mahakuasa, jauhkanlah kami dari segala bentuk dosa dan pelanggaran. Lindungilah kami dari segala yang jahat. Berilah kami kekuatan dalam menjalani kehidupan ini.

Dikirim oleh Haryanto
Editor : Group Hati-Nurani2000

Rabu, 05 November 2008

Mengikuti Aku


“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku  ia tidak dapat menjadi muridKu.”

(Flp 2:12-18; Luk 14:25-33)

“Pada suatu kali banyak orang
berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia
berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak
membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki
atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara
tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan
tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya,
mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak
sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang
melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan
sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua
puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih
jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap
orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak
dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:25-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan ‘Pesta Semua Anggota SJ Yang Mulia Bersama
Kristus’ hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup terpanggil, entah hidup berkeluarga atau
membujang/tidak nikah, antara lain menjadi imam, bruder atau suster, merupakan
bentuk tanggapan prositif atas panggilan Tuhan, dan bagi orang Kristen/Katolik,
yang beriman pada Yesus berarti ‘mengikuti
Yesus dalam perjalananNya” dan secara konkret berani memikul salib serta ‘membenci orangtua, isteri/suami, anak-anak,
saudara-saudari dan diri sendiri’ alias meneladan cara hidup dan cara
bertindak Yesus serta menghayati sabda-sabda atau ajaran-ajaranNya di dalam
hidup sehar-hari. Sebagai yang terpanggil kita diharapkan memiliki cara melihat, cara merasakan, cara berpikir,
cara bersikap dan cara bertindak terhadap segala sesuatu sesuai dengan cara
Yesus, bukan cara sendiri alias menurut selera pribadi (Jawa: sak penake wudhele dewe). “Memikul
salib” antara lain berarti setia pada panggilan dan tugas perutusan yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita. “Setia
adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas
perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta  1997, hal 24). Maka marilah kita mawas diri
atas perjanjian-perjanji an yang telah kita buat atau kita ikhrarkan: janji
baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji kepegawaian, janji pelajar,
sumpah jabatan, dst.. Marilah kita kerahkan atau persembahkan seutuhnya diri
kita maupun segala milik kita untuk menghayati atau melaksanakan janji-janji
yang pernah kita buat atau ikhrarkan. Memang setia pada janji tidak akan pernah
terlepas dari aneka macam bentuk perjuangan dan penderitaan sebagai konsewensi
kesetiaan kita, sebagaimana telah dihayati oleh Yesus, Penyelamat Dunia, yang
rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dunia seisinya.

·   “Lakukanlah
segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya
kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela
di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga
kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil
berpegang pada firman kehidupan” (Flp
2:14-16a), demikian nasihat Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua
orang beriman, yang terpanggil. “Jangan bersungut-sungut dan berbantah-bantah”
alias jangan mengeluh, menggerutu dalam menghayati atau melaksanakan panggilan
dan tugas perutusan. Mengeluh dan menggerutu berarti berpikir negatif terhadap
segala sesuatu, maka yang bersangkutan pasti tidak akan mampu menghayati dan
melaksanakan panggilan dan tugas perutusan sebagaimana mestinya. Sebaliknya
marilah kita senantiasa berpikir positif terhadap segala sesuatu, senantiasa
melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, indah dan luhur dalam segala sesuatu
alias mengimani Penyelenggaraan Ilahi, karya Tuhan dalam segala sesuatu. Segala
sesuatu ada dalam hadirat Tuhan atau Tuhan hidup dan berkarya di dalam segala
sesuatu, itulah kebenaran iman yang harus kita hayati. Siapapun tidak menghayati
kebenaran iman ini berarti ‘bengkok hatinya dan tersesat’, sebaliknya yang
mengimani dan menghayati akan ‘bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia”. Sebagai orang beriman, kehadiran dan sepak terjang
kita dimanapun dan kapanpun diharapkan menjadi ‘bintang yang bercahaya’,
sehingga membantu siapapun dalam mengusahakan kebenaran-kebenaran dan
menghayatinya.

“Sesungguhnya, aku percaya akan melihat
kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah
dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mzm  27:13-14)

Dikirim oleh : Rm. Maryo SJ
E-mail : rm_maryo@yahoo.com (Mediaperduki)
Editor : Group Hati-Nurani2000

Seorang Ayah


Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada  Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk- bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya  pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban  Ayahnya. Anak wanita itu berguman : " Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa  penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya  mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan. Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut  dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi  demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?" Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda. Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi  dia tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban ra sa penasarannya selama ini. "Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia  senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. " "Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting  tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup  kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. " "Ku-berikan kemauan padanya  agar selalu berusaha mencari  sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. " "Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan  mengharapkan hasil dari jerih payahnya." "Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya  keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. " "Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang  demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah  memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara." "Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,  walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi." "Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki- laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia  & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan,bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap  perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. " "Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai  Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh  laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di  Dunia & Akhirat." Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut  & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH." Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang  begitu agung,tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah... With Love to All Father " JIKA KAMU MENCINTAI Ayah mu / sekarang merasa  sebagai AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI AYAHNYA & Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah ". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya.... ......... ......... ......... ..... Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik Buat keluarga kita........ ......... ......... "tidak ada sesuatu yang baru kalau tidak bersyukur"

Dikirim oleh : Isye
E-mail : http://thisye.multiply.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Buta


Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir, kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.  Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri. Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi. betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi. Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus. Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya. Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak dipinggir kota yang berseberangan. Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati, tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta!" tujasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku". Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya. Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah. Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata:"Wah, aku iri padamu". Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup? Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?" Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu". Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya,"Apa maksudmu?" Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung", kata sopir itu. Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan. Kisah ini dikirimkan oleh seorang sahabat, kisah yang membuatku termenung ... kadang kita tidak memahami bahwa kita dicintai dengan cara yang tidak pernah kita sadari

Dikirim oleh : Isye
E-mail : http://thisye.multiply.com
Editor : Group Hati-Nurani2000

Terbatas


Written by Natasha Frank   
Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama ? Luk 23:40

     Dalam menjalani kehidupan ini, seringkali kita mengatakan bahwa kita takut kepada Allah. Namun kenyataan yang terjadi  seringkali pula kita tidak menyadari bahwa sikap, perkataan serta perbuatan kita justru mengecewakan- Nya. Bahkan terkadang kita pun bersikap seperti seorang penjahat yang menghujat Yesus, ketika doa permohonan kita tidak dikabulkan kita mulai marah kepada-Nya. Dan selalu menuntut agar Allah mengikuti kemauan kita, kesenangan kita dan kepuasan kita sendiri.
     Padahal seharusnya kita menyadari kepapaan dan keterbatasan kita, kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Dia, seperti yang dilakukan oleh penjahat yang bertobat dan menyadari segala perbuatannya yang jahat. Di saat kita mau sungguh-sungguh bertobat dan datang kepada-Nya dengan membawa seluruh keberadaan kita, belas kasihan Allah akan turun atas kita dan memenuhi seluruh diri kita dengan kasih-Nya yang besar.
     Marilah saudara dengan rendah hati kita datang kepada-Nya, mohon ampun atas segala dosa kita, agar kita pun mendapat tempat bersama-sama dengan-Nya di dalam Firdaus.

     Ampunilah kami ya Allah karena di dalam hidup kami, seringkali kami mendukakan hati-Mu, dengan sikap dan perbuatan kami. 
Editor : Group Hati-Nurani2000